PENDAHULUAN
Istilah magnet berasal dari kata “magnesia”. Magnesia merupakan nama sebuah daerah kecil di Asia. Dahulu, di tempat itulah orang pertama kali menemukan batu yang mampu menarik besi. Batu itu kemudian dinamakan magnet. Kini, batu itu tergolong magnet alam.
Gaya tarik magnet mampu menarik benda-benda tertentu. Tapi tidak semua benda dapat di tarik oleh magnet. Benda yang dapat di tarik oleh magnet adalah benda yang terbuat dari bahan logam, yaitu besi, nikel, dan kobalt. Bila suatu benda mengandung salah satu dari bahan logam tersebut maka benda magnetis adalah benda yang dapat ditarik oleh magnet.
Benda lainnya tidak dapat ditarik oleh magnet karena tidak mengandung salah satu dari bahan logam besi, nikel atau kobalt tersebut. Benda ini dinamakan benda tidak magnetis atau benda non magnetis.
Gaya magnet mampu menembus penghalang. Gaya tarik magnet masih berpengaruh terhadap benda magnetis dibalik penghalang itu terlalu tebal, maka pengaruh magnet bisa hilang. Dengan demikian, kekuatan gaya tarik menarik dipengaruhi oleh ketebalan yang menjadi penghalang antara magnet dan benda magnetis.
Makin dekat jarak benda ke magnet, maka makin kuat gaya tarik magnet tersebut. Gaya tarik menarik ini menyebabkan magnet dari peralatan elektronika yang rumit seperti jam, telepon genggam, radio, televisi, computer, dan lain-lain.
Kekuatan gaya tarik magnet tidaklah merata diseluruh sisi atau bagiannya. Gaya magnet terkuat berada di kedua kutubnya. Pada magnet batang, gaya magnet terkuat berada di kedua titik tersempit, yaitu kutub-kutubnya. Jika beberapa benda magnetis didekatkan magnet, maka benda-benda tersebut cenderung untuk segera ditarik ke kutub-kutub tersebut.
Daerah tertentu di sekitar magnet yang dipengaruhi oleh gaya tarik magnet disebut medan magnet. Medan inilah yang menyebabkan terbentuknya pola tertentu. Pola tersebut disebut garis-garis gaya magnet. Garis-garis tersebut saling bertemu di ujung kedua kutub magnet. Karena itulah, kutub magnet memiliki gaya tarik yang paling kuat.
Magnet memiliki dua kutub. Jika magnet bisa bergerak bebas, maka ada satu kutub yang menunjuk kearah utara. Kutub ini dinamakan dengan kutub utara. Kutub yang satunya lagi yang menunjuk kearah selatan, disebut kutub selatan magnet.
Kutub-kutub magnet memiliki sifat yang istimewa. Jika dua kutub magnet yang senama didekatkan, maka keduanya akan tolak-menolak. y\tetapi jika dua kutub magnet yang tidak senama didekatkan, maka keduanya akan tarik-menarik.
Selain magnet asli / magnet alam, ada juga magnet buatan. Magnet buatan adalah magnet yang dibuat oleh manusia dari besi atau baja. Magnet buatan digunakan untuk berbagai kebutuhan. Bentuk magnet buatan bermacam-macam. Ada yang berbentuk batang, jarum, tabung (silindris), huruf U, dan ladam (tapal kuda).
macam-macam bentuk magnet:
Jarum, U, Tabung,dan Batang
Ada perbedaan pembutan magnet dari besi dan baja. Besi lebih mudah dibuat menjadi magnet dibandingkan dengan baja. Akan tetapi, kemagnetan besi lebih cepat hilang, sedangkan kemagnetan baja lebih tahan lama.
Ada beberapa cara pembuatan magnet, diantaranya adalah dengan cara induksi, gosokandan aliran lisrik. Dibawah ini akan dipraktikan cara membuat magnet dengan aliran listrik, atau yang disebut elektromagnetik.
ELEKROMAGNETIK SEDERHANA
A. ALAT DAN BAHAN
1.Batu baterai yang masih baru,
2.Kawat kecil tanpa bungkus,
3.Sebuah paku berukuran besar (3 inci),
4.Sarung tangan.
5.Buku dan alat tulis
B. CARA KERJA
1.Lilitkan kawat tembaga ke paku. Butlah lilitan tersebut dengan kuat tetapi berjauhan dan antara lilitan tidak boleh bersentuhan. Usahakanlah sisa kawat yang tidak terlilit masih cukup panjang.
2.Hubungkan kedua ujung sisakawat yang tidak terlilit ke kutub-kutub baterai. Ingat gunakan sarung tangan agar tidak tersengat listrik dan baterai.
3.Setelah rangkaian kamu siap, dekatkan paku yang telah terlilit tersebut ke beberapa klip kertas. Amatilah apa yang terjadi pada klip kertas.
4.Ulangilah melilitkan kawat ke paku dengan jarak lebih rapat. Tetapi ingat, antara lilitan tidak boleh bersentuhan.
5.Dekatkan paku ke klip kertas. Amatilah yang terjadi dengan klip kertas tersebut.
6.Lepaskan ujung kawat yang melilit kawat dari baterai. Dekatkan paku tanpa lilitan tersebut ke klip kertas. Amati yang terjadi pada klip kertas.
C. PERTANYAAN
1.Pada langkah kerja nomor 3, apakah yang terjadi saat kamu dekatkan paku klip kertas?
2.Pada langkah kerja nomor 5, setelah lilitan kamu buat lebih rapat, apakah yang terjadi saat kamu dekatkan paku ke klip kertas? Adakah perbedaan pengaruh dengan langkah kerja nomor 3?
3.Pada langkah kerja nomor 6, setelah tanpa lilitan, apakah yang terjadi saat kamu dekatkan paku ke klip kertas?
D. PEMBAHASAN
1.Pada langkah kerja nomor 3, yang terjadi saat paku didekatkan pada klip kertas adalah: klip kertas akan menempel pada paku yang telah dililiti kumparan yang ujung kumparan di letakkan di kutub-kutub baterai. Hal ini dapat terjadi karena paku yang telah dililiti kumparan tersebut telah mengandung magnet yang dapat menarik klip kertas.
2.Pada langkah kerja nomor 5, setelah lilitan di buat lebih rapat maka klip kertas akan semakin kuat di tarik oleh paku, akan lebih banyak klip kertas yang tertarik oleh paku. Hal ini terjadi karena kumparan yang di buat semakin banyak, hal ini menyebabkan gaya magnet yang di timbulkan oleh paku akan semakin kuat. Jelas ada perbedaan diantara langkah kerja nomor 3 dan langkah kerja nomor 5. Perbedaannya adalah: pada langkah kerja nomor 5 klip kertas tertarik lebih kuat di bandingkan pada langkah kerja nomor 3, karena lilitan yang di buat pada paku kedua di buat lebih rapat di bandingkan lilitan pada paku pertama. Hal ini yang menyebabkan kekuatan magnet yang di timbulkan oleh paku kedua lebih kuat di bandingkan dengan kekuatan magnet pada paku pertama.
3.Pada langkah kerja nomor 6, setelah lilitan pada paku di lepas maka klip kertas tidak tertarik oleh paku tersebut, tidak seperti pada paercobaan langkah kerja ketiga dan kelima. Hal ini di karenakan pada paku sudah tidak ada kekuatan magnet yang timbul, karena kumparan yang di gunakan sebagai pembuat magnet telah di lepas.
PENUTUP
Setelah dilakukan percobaan elektromagnetik diatas, dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya adalah:
Semakin banyak kumparan yang di buat guna penghantar magnet maka semakin kuat pula gaya magnet yang ditimbulkan atau di ciptakan.
Magnet butan bersifat sementara, jika penghantar arus listrik di putus maka, gaya magnetnyapun akan hilang.
Arus listrik dapat menimbulkan magnet. Magnet yang terjadi karena dialiri arus listrik disebut elektromagnetik.
Hanya dengan alat yang cukup sederhana ternyata kita dapat menciptakan atau membuat magnet, tanpa membutuhkan biaya yang besar.
Dalam membuat magnet sederhana kita membutuhkan sebuah alat penghantar yang disebut sebagai kumparan. Kumparan tersebut terbuat dari kawat tembaga, yang mampu menghantarkan arus listrik, sehingga timbul gaya magnet pada paku. Tanpa adanya kawat penghantar, paku tidak dapat menarik klip kertas, karena tidak terdapat gaya magnet pada paku.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, SAINS UNTUK SD KELAS V, Jakarta: Erlangga, 2004
Selasa, 19 Januari 2010
MANFAAT LAYANAN KONSELING KELOMPOK BAGI SISWA
PENDAHULUAN
Setiap sekolah harus membuat perencanaan program yang merupakan acuan dasar untuk pelaksanaan kegiatan satuan layanan bimbingan dan konseling. Perencanaan tersebut berisi bidang-bidang layanan, jenis layanan yang dialokasikan menurut waktu, pembagian tugas para pelaksana dan sarana/prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik ada bermacam-macam jenis layanan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, bimbingan kelompok, konseling perorangan dan konseling kelompok.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang layanan konseling kelompok dan manfaatnya.
PEMBAHASAN
A.Pengertian Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. 1
Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok.2
B.Tujuan Konseling Kelompok
Di dalam konseling kelompok ada tujuan yang ingin dicapai di antaranya:
1.Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak,
2.Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya;
3.Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok ;
4.Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.3
5.Membantu peserta didik untuk memperoleh kesempatan untuk pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.
C.Proses Pelaksanaan Konseling Kelompok
Proses pelaksanaan konseling kelompok dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut :
1.Tahap I (Pembentukan)
Pada tahap ini para peserta yang baru pertama bertemu itu benar-benar dibentuk menjadi kelompok yang cukup solid sehingga dinamika kelompok yang berkembang di antara mereka selanjutnya akan dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Untuk itu diperlukan waktu yang cukup lama dengan kegiatan yang bervariasi. Waktu yang cukup lama itu jangan sampai menimbulkan kesan seakan-akan kegiatan itu hanya sekedar beramai-ramai atau bersantai-santai saja, membuang-buang waktu, membosankan. Dalam hal ini guru pembimbing sebagai pemimpin kelompok menimbang-nimbang antara efisiensi waktu, efektivitas pengembangan dinamika kelompok dan kondisi positif metal fisik seluruh peserta.
2.Tahap II (Peralihan)
Tahap II merupakan jembatan antara tahap I dan tahap III. Berapa lama tahap II berlangsung banyak tergantung pada keberhasilan tahap I. Apabila tahap I sudah berhasil dengan baik, tahap II seringkali hanya sekedar mengulangi dan memantapkan penjelasan tentang aspek pokok yang ada dalam Tahap III.
3.Tahap III (Kegiatan Inti)
Tahap ini seringkali disebut juga tahap kerja. Dari tahap inilah akan diperoleh hasil-hasil yang diharapkan, yaitu mengembangkan pribadi dan perolehan kerja yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan berbagai pengalaman serta alternatif pemecahan masalah. Dalam tahap inilah seluruh peserta benar-benar diminta untuk “bekerja”, mengembangkan pikiran, memberikan dorongan, bertanya dan bahkan memberikan nasehat dan alternatif jalan keluar untuk pemecahan suatu masalah. Waktu yang dipergunakan untuk tahap ini tergantung pada jumlah topik atau masalah yang dibahas. Apabila para peserta sangat antusias dalam kegiatan pada tahap III ini, biasanya para peserta meminta agar lebih banyak topik atau masalah dapat dibahas dalam pertemuan mereka itu.
4.Tahap IV (Pengakhiran)
Tahap ini merupakan anti klimaks dari seluruh kegiatan, pada tahap ini kegiatan menyorot. Semangat yang tadinya menggebu-gebu sekarang mengendor. Segala sesuatu menuju kepada pengakhiran kegiatan. Pada tahap ini pemimpin kelompok meminta kesan-kesan dari para peserta, dan akhirnya kesan-kesan ini dikaitkan dengan kemungkinan pertemuan berikutnya. Usul-usul peserta yang menghendaki segera adanya pertemuan lagi, apalagi kalau pertemuan kembali itu dikehendaki supaya lebih cepat, menunjukkan betapa kegiatan konseling kelompok telah membuahkan sesuatu yang berharga bagi peserta yang bersangkutan.4
D.Materi Layanan Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir). Seperti dalam konseling perorangan, setiap anggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-malah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu per satu, tanpa kecuali, sehingga semua masalah terbicarakan.5
Selain itu, materi lainnya adalah sangat diperlukannya informasi perguruan tinggi yang sesuai dengan karir yang akan dikembangkan serta pemahaman kondisi fisik, sosial dan budaya dalam kaitannya dengan orientasi belajar di perguruan tinggi.
E.Kegiatan Selama Konseling Kelompok dapat dibagi mejnadi 2 bagian, yaitu:
1.Kelompok Tugas
Dalam “kelompok tugas” arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu. Kelompok tugas pada dasarya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, baik pekerjaan itu ditugaskan oleh pihak di luarkelompok itu maupun tumbuh di dalam kelompok itu sendiri sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan kelompok itu sebelumnya. Dalam “kelompok tugas” perhatian diarahkan kepada satu titik pusat, yaitu menyelesaikan tugas. Semua anggota kelompok hendaknya mencurahkan perhatian untuk tugas yang dimaksudkan itu.
2.Kelompok Bebas
Anggota-anggota “kelompok bebas”melakukan kelompok tanpa penugasan tertentu, dan kehidupan kelompok itu memang tidak disiapkan secara khusus sebelumnya. Perkembangan yang akan timbul di dalam kelompok itulah nantinya yang akan menjadi isi dan mewarnai kehidupan kelompok itu lebih lanjut. “Kelompok bebas” memberikan kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk menentukan arah dan isi kehidupan kelompok itu.6
F.Manfaat Layanan Konseling Kelompok Bagi Siswa
Layanan konseling kelompok mempunyai beberapa manfaat di antaranya yaitu:
1.Membantu mengatasi masalah baik yang disadari maupun yang tidak disadari oleh siswa secara kelompok
2.Membantu siswa agar berkembang menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, produktif dan berperilaku jujur
3.Membantu meringankan beban mental siswa dalam belajar
4.Membantu siswa untuk memahami diri dan lingkungannya
5.Membantu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya
6.Membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima atau menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.
7.Membantu untuk mencari dan menggali informasi tentang karir, dunia kerja dan prospek masa depan siswa.
PENUTUP
Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Proses pelaksanaannya dilakukan melalui 4 tahap, yaitu tahap I pembentukan, tahap II peralihan, tahap III kegiatan dan tahap IV adalah pengakhiran. Adapun materinya adalah membahas masalah-masalah baik perseorangan maupun kelompok yang meliputi masalah pribadi, sosial, belajar dan karir. Dalam layanan konseling kelompok terbagi dalam 2 kegiatan yaitu kelompok tugas dan kelompok bebas. Manfaat dari layanan ini adalah membantu mengentaskan masalah yang dialami siswa melalui dinamika kelompok.
REFERENSI
Hallen A, 2005, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching.
Prayitno, 1995, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prayitno, 2001, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut, 2000. Pengantar Pelaksanan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Setiap sekolah harus membuat perencanaan program yang merupakan acuan dasar untuk pelaksanaan kegiatan satuan layanan bimbingan dan konseling. Perencanaan tersebut berisi bidang-bidang layanan, jenis layanan yang dialokasikan menurut waktu, pembagian tugas para pelaksana dan sarana/prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik ada bermacam-macam jenis layanan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, bimbingan kelompok, konseling perorangan dan konseling kelompok.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang layanan konseling kelompok dan manfaatnya.
PEMBAHASAN
A.Pengertian Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. 1
Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok.2
B.Tujuan Konseling Kelompok
Di dalam konseling kelompok ada tujuan yang ingin dicapai di antaranya:
1.Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak,
2.Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya;
3.Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok ;
4.Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.3
5.Membantu peserta didik untuk memperoleh kesempatan untuk pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.
C.Proses Pelaksanaan Konseling Kelompok
Proses pelaksanaan konseling kelompok dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut :
1.Tahap I (Pembentukan)
Pada tahap ini para peserta yang baru pertama bertemu itu benar-benar dibentuk menjadi kelompok yang cukup solid sehingga dinamika kelompok yang berkembang di antara mereka selanjutnya akan dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Untuk itu diperlukan waktu yang cukup lama dengan kegiatan yang bervariasi. Waktu yang cukup lama itu jangan sampai menimbulkan kesan seakan-akan kegiatan itu hanya sekedar beramai-ramai atau bersantai-santai saja, membuang-buang waktu, membosankan. Dalam hal ini guru pembimbing sebagai pemimpin kelompok menimbang-nimbang antara efisiensi waktu, efektivitas pengembangan dinamika kelompok dan kondisi positif metal fisik seluruh peserta.
2.Tahap II (Peralihan)
Tahap II merupakan jembatan antara tahap I dan tahap III. Berapa lama tahap II berlangsung banyak tergantung pada keberhasilan tahap I. Apabila tahap I sudah berhasil dengan baik, tahap II seringkali hanya sekedar mengulangi dan memantapkan penjelasan tentang aspek pokok yang ada dalam Tahap III.
3.Tahap III (Kegiatan Inti)
Tahap ini seringkali disebut juga tahap kerja. Dari tahap inilah akan diperoleh hasil-hasil yang diharapkan, yaitu mengembangkan pribadi dan perolehan kerja yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan berbagai pengalaman serta alternatif pemecahan masalah. Dalam tahap inilah seluruh peserta benar-benar diminta untuk “bekerja”, mengembangkan pikiran, memberikan dorongan, bertanya dan bahkan memberikan nasehat dan alternatif jalan keluar untuk pemecahan suatu masalah. Waktu yang dipergunakan untuk tahap ini tergantung pada jumlah topik atau masalah yang dibahas. Apabila para peserta sangat antusias dalam kegiatan pada tahap III ini, biasanya para peserta meminta agar lebih banyak topik atau masalah dapat dibahas dalam pertemuan mereka itu.
4.Tahap IV (Pengakhiran)
Tahap ini merupakan anti klimaks dari seluruh kegiatan, pada tahap ini kegiatan menyorot. Semangat yang tadinya menggebu-gebu sekarang mengendor. Segala sesuatu menuju kepada pengakhiran kegiatan. Pada tahap ini pemimpin kelompok meminta kesan-kesan dari para peserta, dan akhirnya kesan-kesan ini dikaitkan dengan kemungkinan pertemuan berikutnya. Usul-usul peserta yang menghendaki segera adanya pertemuan lagi, apalagi kalau pertemuan kembali itu dikehendaki supaya lebih cepat, menunjukkan betapa kegiatan konseling kelompok telah membuahkan sesuatu yang berharga bagi peserta yang bersangkutan.4
D.Materi Layanan Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir). Seperti dalam konseling perorangan, setiap anggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-malah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu per satu, tanpa kecuali, sehingga semua masalah terbicarakan.5
Selain itu, materi lainnya adalah sangat diperlukannya informasi perguruan tinggi yang sesuai dengan karir yang akan dikembangkan serta pemahaman kondisi fisik, sosial dan budaya dalam kaitannya dengan orientasi belajar di perguruan tinggi.
E.Kegiatan Selama Konseling Kelompok dapat dibagi mejnadi 2 bagian, yaitu:
1.Kelompok Tugas
Dalam “kelompok tugas” arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu. Kelompok tugas pada dasarya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, baik pekerjaan itu ditugaskan oleh pihak di luarkelompok itu maupun tumbuh di dalam kelompok itu sendiri sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan kelompok itu sebelumnya. Dalam “kelompok tugas” perhatian diarahkan kepada satu titik pusat, yaitu menyelesaikan tugas. Semua anggota kelompok hendaknya mencurahkan perhatian untuk tugas yang dimaksudkan itu.
2.Kelompok Bebas
Anggota-anggota “kelompok bebas”melakukan kelompok tanpa penugasan tertentu, dan kehidupan kelompok itu memang tidak disiapkan secara khusus sebelumnya. Perkembangan yang akan timbul di dalam kelompok itulah nantinya yang akan menjadi isi dan mewarnai kehidupan kelompok itu lebih lanjut. “Kelompok bebas” memberikan kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk menentukan arah dan isi kehidupan kelompok itu.6
F.Manfaat Layanan Konseling Kelompok Bagi Siswa
Layanan konseling kelompok mempunyai beberapa manfaat di antaranya yaitu:
1.Membantu mengatasi masalah baik yang disadari maupun yang tidak disadari oleh siswa secara kelompok
2.Membantu siswa agar berkembang menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, produktif dan berperilaku jujur
3.Membantu meringankan beban mental siswa dalam belajar
4.Membantu siswa untuk memahami diri dan lingkungannya
5.Membantu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya
6.Membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima atau menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.
7.Membantu untuk mencari dan menggali informasi tentang karir, dunia kerja dan prospek masa depan siswa.
PENUTUP
Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Proses pelaksanaannya dilakukan melalui 4 tahap, yaitu tahap I pembentukan, tahap II peralihan, tahap III kegiatan dan tahap IV adalah pengakhiran. Adapun materinya adalah membahas masalah-masalah baik perseorangan maupun kelompok yang meliputi masalah pribadi, sosial, belajar dan karir. Dalam layanan konseling kelompok terbagi dalam 2 kegiatan yaitu kelompok tugas dan kelompok bebas. Manfaat dari layanan ini adalah membantu mengentaskan masalah yang dialami siswa melalui dinamika kelompok.
REFERENSI
Hallen A, 2005, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching.
Prayitno, 1995, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prayitno, 2001, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut, 2000. Pengantar Pelaksanan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
TEORI BELAJAR SIBERNETIK DAN PENERAPANNYA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan seseorang, diperlukan pijakan teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur maupun siapa saja yang berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan baik. Ada dua pijakan teori yang dapat dijadikan pegangan agar pembelajaran berhasil dengan baik. Kedua teori tersebut adalah teori belajar yang bersifat deskriptif. Teori ini memberikan bagaimana seseorang melakukan kegiatan belajar. Teori belajar yang banyak diterapkan oleh para ahli pembelajaran itu meliputi teori behavioristik, teori kognitivistik, teori humanistik, dan teori belajar sibernatik.
Semua teori belajar tersebut memiliki aplikasi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Demikian juga halnya dengan teori belajar sibernatik sebagaiman akan dipaparkan oleh penyusun dalam makalah ini.
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan teori sibernatik terhadap proses belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada hal-hal seperti pengertian belajar menurut teori sibernatik, aliran-aliran sibernatik, aplikasi teori belajar sibernetik, implementasi teori sibernatik dalam pembelajaran. Kegiatan makalah ini diakhiri dengan memaparkan keunggulan dan kelemahan teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran.
Makalah ini bertujuan kepada semua pendidik diharapkan memiliki kemampuan untuk mengkaji hakekat belajar menurut teori sibernetik dan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran.
PEMBAHASAN
Pengertian Belajar Menurut Teori Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih utama lagi adalah sistem informasi yang akan dipelajari siswa.1
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi, sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.2
Aliran-Aliran Teori Sibernetik
Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori sibernetik telah dikembangkan oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmuk dan heuristik), Pask dan Scott (dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial serialist), atau pendekatan-pendekatan lain yang berorientasi pada pengelolaan informasi.3
1.Teori belajar menurut Landa4
Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir, di antaranya :
1)Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear, konvergen, lurus enuju kesatu target tujuan tertentu.
Contoh: kegiatan menelepon, menjalankan mesin mobil, dan lain-lain.
2)Cara berpikir heoristik, yaitu cara berpikir devergen, menuju beberapa target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik.
Contoh: Operasi pemilihan atribut geonetri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dan lan-lain.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-cirinya. Suatu materi lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensial. Materi lainnya lebih tepat disajikan dalam bentuk terbuka dan memberi keleluasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berfikir.5
2.Teori belajar menurut Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott, ada dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir wholist atau menyeleruh.
Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist) adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.6
Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderugn mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus. Sedangkan siswatipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari teori ini memandang manusia sebagai pengolahan informasi, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.7
Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:8
1.Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.Menentukan materi pembelajaran
3.Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
4.Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik)
5.Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6.Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
Implementasi Teori Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran
Dalam implementasinya, teori belajar sibernetik telah dikembangkan oleh beberapa tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi ytang dikembangkan oleh Gage dan Berline, Biehler, Snowman, Baine, dan Tennyson.9
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi, yaitu:
a.Bahwa antara stimulus dan respon berpijak pada tiga asumsi, yaitu: Pemrosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b.Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
c.Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dati ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen. Komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”
Ketiga komponen tesebut adalah: 10
1.Sensory Recoptor (SR)
Sensory Recptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2.Warking Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
3.Long Term Memory (LTM)
Dalam Long Term Memory (LTM) diasumsikan:
1)Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu
2)Mempunyai kapasitas tidak terbatas
3)Sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Asubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu.
Berpijak pada kajian diatas, Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci.11
Proses pengelolaan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrival).
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan.12
Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah
1.Menarik perhatian
2.Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
3.Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
4.Menyajikan bahan rangsanyan
5.Memberikan bimbingan belajar
6.Mendorong unjuk kerja
7.Memberikan balikan informatif
8.Menilai unjuk kerja
9.Meningkatkan retensi dan alih belajar
Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi13
a.Cara berpikir yang berorientasi pada prses lebih menonjol
b.Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
c.Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
d.Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
e.Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
f.Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu
g.Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Implementasi teori belajar sibernetik yang berikutnya dalam kegiatan pembelajaran dikembangkan oleh konsepsi Landa dalam model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik juga temasuk teori sibernitik.
Pask dan Scott yang membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau “Wholist” dan tipe serial atau “serialist” juga menganut teori sibernetik sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
Keunggulan dan Kelemahan Teori Sibernitik dalam Kegiatan Pembelajaran
Keunggulan
Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda-beda ini sebetulnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu proses yang berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan tertentu.
Isi dari proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi umum.
Hasil dari proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai perubahan tingkah laku maupun secara kemampuan pada tanah kognitif, afektif dan psikomotorik.14
Kelemahan
Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan.
Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi denganmencoba melihat mekanisme kerja otak.
Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini.15
Pada akhirnya, masing-masing aliran teori belajar ini mengandung keunggulan-keunggulan dan kelemhana-kelemahannya sendiri yang harus kita ketahui untuk dapat mengkombinasikan dalam penerapannya dengan pendekatan belajar yang lain sehingga dicapai hasil proses belajar yang lebih baik.
PENUTUP
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi. Teori ini mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari.
Oleh sebab itu, teori sibernatik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab caa belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori ini kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh aliran teori sibernetik anta lain Landa, Pask dan Scott berdasarkan konsepsi-konsepsinya. Konsepsi Landa dengan model pendekatan tipe serialist dan whoslist.
Selanjutnya, teori sibernatik dipertegas melalui aplikasi teori pengelohan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mendeskripsikan adanya kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan pembelajaran.
DATAR PUSTAKA
C. Asri Budingsih (2002), Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: FIP UNY.
Hamzah B. Uno, (2006) Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Internet, Teori Sibernetik, P.1 (tanggal 21 Desember 2008) http://tujuhpemuda.multiply.com/yournal/item/3/teori-sibernetik
http://wishing99blogspot.com/2008/05/laporanbacaan buku-judul-teori-belajar.html
Suciati dan Irwan, P. (2001), Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT, PAU.
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan seseorang, diperlukan pijakan teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur maupun siapa saja yang berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan baik. Ada dua pijakan teori yang dapat dijadikan pegangan agar pembelajaran berhasil dengan baik. Kedua teori tersebut adalah teori belajar yang bersifat deskriptif. Teori ini memberikan bagaimana seseorang melakukan kegiatan belajar. Teori belajar yang banyak diterapkan oleh para ahli pembelajaran itu meliputi teori behavioristik, teori kognitivistik, teori humanistik, dan teori belajar sibernatik.
Semua teori belajar tersebut memiliki aplikasi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Demikian juga halnya dengan teori belajar sibernatik sebagaiman akan dipaparkan oleh penyusun dalam makalah ini.
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan teori sibernatik terhadap proses belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada hal-hal seperti pengertian belajar menurut teori sibernatik, aliran-aliran sibernatik, aplikasi teori belajar sibernetik, implementasi teori sibernatik dalam pembelajaran. Kegiatan makalah ini diakhiri dengan memaparkan keunggulan dan kelemahan teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran.
Makalah ini bertujuan kepada semua pendidik diharapkan memiliki kemampuan untuk mengkaji hakekat belajar menurut teori sibernetik dan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran.
PEMBAHASAN
Pengertian Belajar Menurut Teori Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih utama lagi adalah sistem informasi yang akan dipelajari siswa.1
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi, sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.2
Aliran-Aliran Teori Sibernetik
Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori sibernetik telah dikembangkan oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmuk dan heuristik), Pask dan Scott (dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial serialist), atau pendekatan-pendekatan lain yang berorientasi pada pengelolaan informasi.3
1.Teori belajar menurut Landa4
Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir, di antaranya :
1)Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear, konvergen, lurus enuju kesatu target tujuan tertentu.
Contoh: kegiatan menelepon, menjalankan mesin mobil, dan lain-lain.
2)Cara berpikir heoristik, yaitu cara berpikir devergen, menuju beberapa target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik.
Contoh: Operasi pemilihan atribut geonetri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dan lan-lain.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-cirinya. Suatu materi lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensial. Materi lainnya lebih tepat disajikan dalam bentuk terbuka dan memberi keleluasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berfikir.5
2.Teori belajar menurut Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott, ada dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir wholist atau menyeleruh.
Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist) adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.6
Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderugn mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus. Sedangkan siswatipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari teori ini memandang manusia sebagai pengolahan informasi, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.7
Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:8
1.Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.Menentukan materi pembelajaran
3.Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
4.Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik)
5.Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6.Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
Implementasi Teori Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran
Dalam implementasinya, teori belajar sibernetik telah dikembangkan oleh beberapa tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi ytang dikembangkan oleh Gage dan Berline, Biehler, Snowman, Baine, dan Tennyson.9
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi, yaitu:
a.Bahwa antara stimulus dan respon berpijak pada tiga asumsi, yaitu: Pemrosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b.Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
c.Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dati ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen. Komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”
Ketiga komponen tesebut adalah: 10
1.Sensory Recoptor (SR)
Sensory Recptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2.Warking Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
3.Long Term Memory (LTM)
Dalam Long Term Memory (LTM) diasumsikan:
1)Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu
2)Mempunyai kapasitas tidak terbatas
3)Sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Asubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu.
Berpijak pada kajian diatas, Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci.11
Proses pengelolaan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrival).
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan.12
Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah
1.Menarik perhatian
2.Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
3.Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
4.Menyajikan bahan rangsanyan
5.Memberikan bimbingan belajar
6.Mendorong unjuk kerja
7.Memberikan balikan informatif
8.Menilai unjuk kerja
9.Meningkatkan retensi dan alih belajar
Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi13
a.Cara berpikir yang berorientasi pada prses lebih menonjol
b.Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
c.Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
d.Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
e.Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
f.Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu
g.Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Implementasi teori belajar sibernetik yang berikutnya dalam kegiatan pembelajaran dikembangkan oleh konsepsi Landa dalam model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik juga temasuk teori sibernitik.
Pask dan Scott yang membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau “Wholist” dan tipe serial atau “serialist” juga menganut teori sibernetik sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
Keunggulan dan Kelemahan Teori Sibernitik dalam Kegiatan Pembelajaran
Keunggulan
Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda-beda ini sebetulnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu proses yang berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan tertentu.
Isi dari proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi umum.
Hasil dari proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai perubahan tingkah laku maupun secara kemampuan pada tanah kognitif, afektif dan psikomotorik.14
Kelemahan
Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan.
Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi denganmencoba melihat mekanisme kerja otak.
Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini.15
Pada akhirnya, masing-masing aliran teori belajar ini mengandung keunggulan-keunggulan dan kelemhana-kelemahannya sendiri yang harus kita ketahui untuk dapat mengkombinasikan dalam penerapannya dengan pendekatan belajar yang lain sehingga dicapai hasil proses belajar yang lebih baik.
PENUTUP
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi. Teori ini mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari.
Oleh sebab itu, teori sibernatik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab caa belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori ini kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh aliran teori sibernetik anta lain Landa, Pask dan Scott berdasarkan konsepsi-konsepsinya. Konsepsi Landa dengan model pendekatan tipe serialist dan whoslist.
Selanjutnya, teori sibernatik dipertegas melalui aplikasi teori pengelohan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mendeskripsikan adanya kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan pembelajaran.
DATAR PUSTAKA
C. Asri Budingsih (2002), Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: FIP UNY.
Hamzah B. Uno, (2006) Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Internet, Teori Sibernetik, P.1 (tanggal 21 Desember 2008) http://tujuhpemuda.multiply.com/yournal/item/3/teori-sibernetik
http://wishing99blogspot.com/2008/05/laporanbacaan buku-judul-teori-belajar.html
Suciati dan Irwan, P. (2001), Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT, PAU.
MEDIA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDAHULUAN
Dalam sistem pendidikan modern, fungsi guru sebagai penyampai pesan-pesan pendidikan tampaknya perlu dibantu dengan media pendidikan, agar proses belajar mengajar pada khususnya dan proses pendidikan pada umumnya dapat berlangsung secara efektif. Hal ini disebabkan antara lain, materi pendidikan yang akan disampaikan itu makin beragam dan luas mengingat perkembangan ilmu teknologi yang makin pesat. Dewasa ini tampaknya guru bukanlah satu-satunya sumber belajar dan penyampai pesan-pesan pendidikan sebagaimana pernah terjadi sebelum tahun lima puluhan. Mulai tahun itu teori komunikasi sosial mulai masuk ke dalam sistem pendidikan, terutama televisi dan telah mulai digunakan dalam penyampaian pesan-pesan pendidikan.
Dengan mulai meluasnya penggunaan media pendidikan, maka faktor peserta didik mulai menjadi perhatian dari para pakar pendidikan, karena peserta didik yang akan menerima pesan-pesan pendidikan. Maka mulailah digunakan orang pendekatan sistem, yaitu media pendidikan termasuk salah satu sub sistem pendidikan yang menjadi pokok bahasan yang disampaikan menjadi lebih tepat guna dan bermakna. Media pendidikan telah menjadi katalisator dunia pendidikan.
Demikian pula halnya yang terjadi dalam dunia pendidikan agama Islam di Indonesia. Guru-guru agama Islam sudah mulai banyak menggunakan teknologi pendidikan modern. Sehubungan dengan telah meluasnya pemakaian media pendidikan ini dalam proses belajar mengajar maka dalam pembahasan ini akan disampaikan tentang pengertian, makna media pendidikan bagi guru agama Islam, fungsi, contoh tingkah laku (suri tauladan), pola, pemanfaatan dan keterbatasan media pendidikan agama Islam.
Semoga dari hasil pembahasan nanti akan memberi banyak manfaat bagi para pembaca, baik orang tua atau bagi pembaca yang menggeluti profesi sebagai pendidik.
PEMBAHASAN
A.Pengertian Media Pendidikan Agama Islam
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “lengan”, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara
( ﻞﺋ ﺎﺴﻭ ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.1
Sedangkan media pendidikan agama Islam ialah semua aktivitas yang ada hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik yang berupa alat yang dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.2
B.Makna Media Pendidikan Bagi Guru Agama Islam
Yang dimaksud dengan makna di sini adalah media pendidikan yang digunakan itu mempunyai arti tersendiri bagi guru agama yang memakainya, sehingga dapat membantu peserta didiknya memproses pemilikan pesan-pesan pendidikan yang disampaikannya (achievement), karena ia dapat menyajikan pokok bahasan yang telah diprogramkan dengan penampilan yang lebih menarik perhatian mereka. Ia dapat mengatasi masalah materi pendidikan yang berkenaan dengan ruang, waktu dan tempat yang tidak mungkin dihadirkan guru secara kenyataan apa adanya.
Media pendidikan secara pedagogis dan psikologis dapat memenuhi harapan peserta didik untuk aktif mengikutinya dari awal sampai akhir karena unsur gerak, suara dan latar belakang gambar yang ditampilkan memberikan kesan tersendiri bagi mereka karena hal-hal demikian makin menambah bobot sajian yang ditampilkannya. Menurut penelitian gambar yang ditampilkan baik berupa lukisan maupun gambar dan suara secara serentak mempunyai makna tambah karena ia telah mengandung berbagai pesan yang dapat ditangkap oleh yang mengikutinya.3
C.Fungsi Media Pendidikan Agama Islam
Fungsi media pendidikan yang digunakan oleh para guru agama dalam proses belajar mengajar yaitu:
1.Membantu guru dalam bidang tugasnya
Media pendidikan agama bila digunakan secara tepat dapat membantu mengatasi kelemahan dan kekurangan guru dalam penggunaan metodologi pengajarannya. Sehingga metode mengajar yang berpusat kepada guru atau guru sentries dapat dikurangi, agar keaktifan belajar mereka makin meningkat. Dengan meningkatkan aktivitas mereka ini, berarti prinsip belajar aktif dengan mengalami sendiri, menelaah dan menjelajah sendiri akan membuahkan hasil belajar yaitu menguasai bahan pelajaran tersebut karena diperoleh dengan usaha sendiri (experience, exploration and iscovery)
2.Membantu para peserta didik
Dengan menggunakan media pendidikan yang dipersiapkan dengan baik, berarti guru agama telah membantu peserta didiknya mengaktifkan unsur-unsur psikologis yang ada dalam diri mereka seperti pengamatan, daya ingatan, minat, perhatian, berpikir, fantasi, emosi dan perkembangan kepribadian mereka. Sikap jiwa mereka yang tenang dengan minat
belajar yang besar ini sangat potensial sekali ditumbuhkembangkan
sebagai dasar materi keimanan, ibadah, muamalah, sikap sosial, pembentukan akhlak karimah dan sebagainya. Pesan-pesan pendidikan agama yang
dibantu dengan media pendidikan agama dapat membangkitkan motivasi kegairahan.4
D.Contoh Tingkah Laku (Suri Tauladan) Dalam Media Pendidikan Agama Islam
Para nabi menyebarkan agama kepada kaumnya atau kepada umat manusia bertindak sebagai guru-guru yang baik dan sebagai pendidikan keagamaan yang agung. Usaha Nabi dalam menanamkan aqidah agama yang dibawanya dapat diterima dengan mudah oleh umatnya, dengan menggunakan media yang tepat yakni melalui media perbuatan Nabi sendiri dan dengan jalan memberikan contoh teladan yang baik. Sebagai contoh teladan yang bersifat uswatun hasanah, Nabi selalu menunjukkan sifat-sifat yang terpuji. Hal ini diungkapkan dalam Al-Qur'an surat Al Ahzab: 21, yang artinya
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu" (QS. Al Ahzab; 21)
Nabi selalu memberikan contoh tauladan atau menjadikan dirinya sebagai model dalam menda’wahkan seruan Allah. Sebagai contoh, sewaktu meletakkan Hajarul Aswad ketika membangun kembali Ka’bah. Contoh teladan yang baik tersebut sangat besar pengaruhnya dalam misi pendidikan Islam dan dapat menjadi faktor yang menentukan terhadap keberhasilan dan perkembangan tujuan pendidikan secara luas.5
Melalui tingkah laku atau suri tauladan yang ditampilkan oleh para pendidik dalam kehidupan di lingkungan sekolah merupakan alat peraga atau media pendidikan yang hidup di dalam jiwa para peserta didiknya. Mereka dapat melihat yang dikerjakan pendidiknya dan mendengarkan ucapan yang dituturkan di hadapan mereka. Mereka secara psikologis dan sosiologis cenderung meniru atau mengiritasi semua penampilan pendidik mereka yang menjadi idola dalam diri mereka.
Contoh-contoh tingkah laku yang ditampilkan adalah media pendidikan yang sangat bermakna bagi peserta didik kita dan dapat mewarnai pembentukan kepribadian mereka bila contoh tingkah laku ini secara terus menerus ditampilkan secara sengaja dan berencana.
Dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara contoh tingkah laku mendapat kedudukan utama dan dijadikan media pendidikan dalam upaya membentuk kepribadian peserta didik. Ada tiga konsep media pendidikan dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang amat terkenal yaitu:
1.Tut Wuri Handayani
2.Ing Madyo Mangun Karso
3.Ing Ngarso Sung Tulodo
Melalui contoh tingkah laku lingkungan khususnya di sekolah akan diinternalisasikannya. Sebab itu contoh tingkah laku dapat dijadikan media pendidikan yang sangat ampuh bagi diri peserta didik di lingkungan pendidikan formal.6
E.Pola Media pendidikan Agama Islam
Secara menyeluruh pola media pendidikan agama Islam itu terdiri atas :
1.Bahan-bahan cetakan atau bacaan (supplementary materials). Berupa bahan bacaan seperti: buku, komik, koran, majalah bulletin dan lain-lain. Bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan simbol-simbol kata dan visual.
2.Alat-alat audio visual
Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini terdiri atas:
a.Media pendidikan tanpa proyeksi, seperti: papan tulis, papan tempel, papan panel, diagram, grafik, poster, kartun, komik
b.Media pendidikan tiga dimensi
Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini terdiri dari: model, benda asli, contoh, peta, globe, museum sekolah dan lain-lain
c.Media pendidikan yang menggunakan teknik atau masinal. Adapun alat-alatnya yaitu film rekaman, radio, televisi, komputer dan lain-lain
3.Sumber-sumber masyarakat, berupa objek-objek, peninggalan sejarah, dokumentasi dan lain-lain
4.Kumpulan benda-benda (material collections) berupa benda-benda atau barang-barang yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari, seperti potongan kaca, daun dan lain-lain.7
F.Pemanfaatan dan Keterbatasan Media Pendidikan Agama Islam
1.Pemanfaatan media pendidikan agama Islam
Dewasa ini telah banyak terdapat dalam masyarakat berbagai jenis media pendidikan yang bersifat non formal baik yang diusahakan oleh pemerintah, maupun oleh masyarakat sendiri dalam rangka meningkatkan kehidupan umat Islam dalam bidang agama. Keadaan sarana pendidikan agama yang menguntungkan ini, hendaknya dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh semua guru agama Islam untuk meningkatkan kualitas hasil didikan kita. Pemanfaatan ini dapat dilakukan dengan mengadakan kerjasama antara sekolah dan orang tua peserta didik dan dengan para peserta didik sendiri yang berarti kita sebagai guru agama mereka sangat memperhatikan pendidikan agama mereka secara serius.
Dan dari pihak yang dapat ditempuh untuk memanfaatkan media pendidikan non formal ini, seperti guru beserta peserta didik mengikuti acara tersebut secara bersama-sama kemudian mendiskusikannya.
Pemanfaatan media pendidikan baik yang diselenggarakan secara formal dan non formal, dapat membantu para peserta didik kita untuk belajar mandiri melalui media komunikasi agama yang diikuti mereka. Dan di dalam diri mereka terbentuk sikap senang mengikuti pendidikan agama sejak kecil dan senang mencatat semua yang dialaminya. Budaya mencatat ini sejak baik sekali dikembangkan, karena merupakan memori atau kenang-kenangan yang bersifat agamis dan akan mewarnai perkembangan kepribadiannya kelak.
Ada beberapa manfaat lainnya yang dapat diperoleh dengan menggunakan media pendidikan di luar sekolah, yaitu:
a.Memberi umpan balik untuk penyempurnaan proses belajar mengajar yang telah berlangsung atau yang akan direncanakan.
b.Pokok bahasan bagi peserta didik yang lebih fungsional dan terasa manfaatnya bagi peserta didik yang bersangkutan.
c.Membiasakan peserta didik kita untuk lebih meyakinkan terhadap pendidikan agama yang diajarkan, sehingga akan menimbulkan rasa hormat dan kagum terhadap gurunya.8
2.Keterbatasan Media Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa kelemahan media pendidikan yang merupakan keterbatasannya dan cara mengatasinya:
a.Pemakaian media pendidikan agama ini hanya dapat digunakan sebagai alat bantu PBM, bukan untuk pengganti proses belajar mengajar atau pengganti media instruksional.
b.Ada media pendidikan yang tidak bisa digunakan di daerah yang tidak ada listriknya seperti OHP dengan transparannya, film, televisi, rekaman video atau aliran listrik tiba-tiba putus atau mendadak
c.Untuk memelihara media pendidikan yang canggih atau elektronik memerlukan ekstra hati-hati dan juga pengamanannya agar dapat digunakan dalam jangka waktu lama.9
KESIMPULAN
Dari bahasan yang telah dijelaskan dalam makalah ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu:
1.Media pendidikan agama Islam yaitu semua aktivitas yang ada hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik yang berupa alat yang dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
2.Makna media pendidikan bagi guru agama Islam sendiri ialah media pendidikan yang digunakan itu mempunyai arti tersendiri bagi guru agama yang memakainya, sehingga dapat membantu peserta didik memproses pemilikan pesan-pesan pendidikan yang disampaikannya (achievement)
3.Fungsi media pendidikan agama Islam yaiu:
a.Membantu guru dalam bidang tugasnya seperti mengatasi kelemahan dan kekurangan guru dalam penggunaan metodologi pengajarannya.
b.Membantu para peserta didiknya dalam mengaktifkan unsur-unsur psikologis yang ada dalam diri mereka seperti pengamatan, emosi dan lain-lain.
4.Contoh tingkah laku (suri tauladan) dalam media pendidikan agama Islam adalah suri teladan yang diberikan oleh guru, misalnya dalam bertutur kata, pergaulan antara sesama guru di sekolah.
5.Pola media pendidikan agama Islam di antaranya yaitu bahan-bahan cetakan atau bacaan (supplementary materials), berupa bahan bacaan seperti: buku, komik, koran dan lain-lain.
6.Pemanfaatan dan keterbatasan media pendidikan agama Islam
a.Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan media pendidikan di luar sekolah seperti: memberi umpan balik untuk penyempurnaan proses belajar mengajar yang telah berlangsung atau yang akan direncanakan.
b.Ada beberapa kelemahan media pendidikan yang merupakan keterbatasannya dan cara mengatasinya seperti: untuk memelihara media pendidikan yang canggih atau elektrinik memerlukan ekstra hati-hati dan juga pengamannya agar dapat digunakan dalam jangka waktu lama.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar, 2004. Media Pembelajaran Jakarta: Rajawali Pers.
Hamalik, Oemar, 1989. Media Pendidikan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Rasyad, Aminuddin dan Darhim, 1997. Media Pengajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama
Usman, M. Basyiruddin dan Asnawir, 2002. Media Pembelajaran Jakarta: Ciputat Pers.
Dalam sistem pendidikan modern, fungsi guru sebagai penyampai pesan-pesan pendidikan tampaknya perlu dibantu dengan media pendidikan, agar proses belajar mengajar pada khususnya dan proses pendidikan pada umumnya dapat berlangsung secara efektif. Hal ini disebabkan antara lain, materi pendidikan yang akan disampaikan itu makin beragam dan luas mengingat perkembangan ilmu teknologi yang makin pesat. Dewasa ini tampaknya guru bukanlah satu-satunya sumber belajar dan penyampai pesan-pesan pendidikan sebagaimana pernah terjadi sebelum tahun lima puluhan. Mulai tahun itu teori komunikasi sosial mulai masuk ke dalam sistem pendidikan, terutama televisi dan telah mulai digunakan dalam penyampaian pesan-pesan pendidikan.
Dengan mulai meluasnya penggunaan media pendidikan, maka faktor peserta didik mulai menjadi perhatian dari para pakar pendidikan, karena peserta didik yang akan menerima pesan-pesan pendidikan. Maka mulailah digunakan orang pendekatan sistem, yaitu media pendidikan termasuk salah satu sub sistem pendidikan yang menjadi pokok bahasan yang disampaikan menjadi lebih tepat guna dan bermakna. Media pendidikan telah menjadi katalisator dunia pendidikan.
Demikian pula halnya yang terjadi dalam dunia pendidikan agama Islam di Indonesia. Guru-guru agama Islam sudah mulai banyak menggunakan teknologi pendidikan modern. Sehubungan dengan telah meluasnya pemakaian media pendidikan ini dalam proses belajar mengajar maka dalam pembahasan ini akan disampaikan tentang pengertian, makna media pendidikan bagi guru agama Islam, fungsi, contoh tingkah laku (suri tauladan), pola, pemanfaatan dan keterbatasan media pendidikan agama Islam.
Semoga dari hasil pembahasan nanti akan memberi banyak manfaat bagi para pembaca, baik orang tua atau bagi pembaca yang menggeluti profesi sebagai pendidik.
PEMBAHASAN
A.Pengertian Media Pendidikan Agama Islam
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “lengan”, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara
( ﻞﺋ ﺎﺴﻭ ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.1
Sedangkan media pendidikan agama Islam ialah semua aktivitas yang ada hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik yang berupa alat yang dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.2
B.Makna Media Pendidikan Bagi Guru Agama Islam
Yang dimaksud dengan makna di sini adalah media pendidikan yang digunakan itu mempunyai arti tersendiri bagi guru agama yang memakainya, sehingga dapat membantu peserta didiknya memproses pemilikan pesan-pesan pendidikan yang disampaikannya (achievement), karena ia dapat menyajikan pokok bahasan yang telah diprogramkan dengan penampilan yang lebih menarik perhatian mereka. Ia dapat mengatasi masalah materi pendidikan yang berkenaan dengan ruang, waktu dan tempat yang tidak mungkin dihadirkan guru secara kenyataan apa adanya.
Media pendidikan secara pedagogis dan psikologis dapat memenuhi harapan peserta didik untuk aktif mengikutinya dari awal sampai akhir karena unsur gerak, suara dan latar belakang gambar yang ditampilkan memberikan kesan tersendiri bagi mereka karena hal-hal demikian makin menambah bobot sajian yang ditampilkannya. Menurut penelitian gambar yang ditampilkan baik berupa lukisan maupun gambar dan suara secara serentak mempunyai makna tambah karena ia telah mengandung berbagai pesan yang dapat ditangkap oleh yang mengikutinya.3
C.Fungsi Media Pendidikan Agama Islam
Fungsi media pendidikan yang digunakan oleh para guru agama dalam proses belajar mengajar yaitu:
1.Membantu guru dalam bidang tugasnya
Media pendidikan agama bila digunakan secara tepat dapat membantu mengatasi kelemahan dan kekurangan guru dalam penggunaan metodologi pengajarannya. Sehingga metode mengajar yang berpusat kepada guru atau guru sentries dapat dikurangi, agar keaktifan belajar mereka makin meningkat. Dengan meningkatkan aktivitas mereka ini, berarti prinsip belajar aktif dengan mengalami sendiri, menelaah dan menjelajah sendiri akan membuahkan hasil belajar yaitu menguasai bahan pelajaran tersebut karena diperoleh dengan usaha sendiri (experience, exploration and iscovery)
2.Membantu para peserta didik
Dengan menggunakan media pendidikan yang dipersiapkan dengan baik, berarti guru agama telah membantu peserta didiknya mengaktifkan unsur-unsur psikologis yang ada dalam diri mereka seperti pengamatan, daya ingatan, minat, perhatian, berpikir, fantasi, emosi dan perkembangan kepribadian mereka. Sikap jiwa mereka yang tenang dengan minat
belajar yang besar ini sangat potensial sekali ditumbuhkembangkan
sebagai dasar materi keimanan, ibadah, muamalah, sikap sosial, pembentukan akhlak karimah dan sebagainya. Pesan-pesan pendidikan agama yang
dibantu dengan media pendidikan agama dapat membangkitkan motivasi kegairahan.4
D.Contoh Tingkah Laku (Suri Tauladan) Dalam Media Pendidikan Agama Islam
Para nabi menyebarkan agama kepada kaumnya atau kepada umat manusia bertindak sebagai guru-guru yang baik dan sebagai pendidikan keagamaan yang agung. Usaha Nabi dalam menanamkan aqidah agama yang dibawanya dapat diterima dengan mudah oleh umatnya, dengan menggunakan media yang tepat yakni melalui media perbuatan Nabi sendiri dan dengan jalan memberikan contoh teladan yang baik. Sebagai contoh teladan yang bersifat uswatun hasanah, Nabi selalu menunjukkan sifat-sifat yang terpuji. Hal ini diungkapkan dalam Al-Qur'an surat Al Ahzab: 21, yang artinya
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu" (QS. Al Ahzab; 21)
Nabi selalu memberikan contoh tauladan atau menjadikan dirinya sebagai model dalam menda’wahkan seruan Allah. Sebagai contoh, sewaktu meletakkan Hajarul Aswad ketika membangun kembali Ka’bah. Contoh teladan yang baik tersebut sangat besar pengaruhnya dalam misi pendidikan Islam dan dapat menjadi faktor yang menentukan terhadap keberhasilan dan perkembangan tujuan pendidikan secara luas.5
Melalui tingkah laku atau suri tauladan yang ditampilkan oleh para pendidik dalam kehidupan di lingkungan sekolah merupakan alat peraga atau media pendidikan yang hidup di dalam jiwa para peserta didiknya. Mereka dapat melihat yang dikerjakan pendidiknya dan mendengarkan ucapan yang dituturkan di hadapan mereka. Mereka secara psikologis dan sosiologis cenderung meniru atau mengiritasi semua penampilan pendidik mereka yang menjadi idola dalam diri mereka.
Contoh-contoh tingkah laku yang ditampilkan adalah media pendidikan yang sangat bermakna bagi peserta didik kita dan dapat mewarnai pembentukan kepribadian mereka bila contoh tingkah laku ini secara terus menerus ditampilkan secara sengaja dan berencana.
Dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara contoh tingkah laku mendapat kedudukan utama dan dijadikan media pendidikan dalam upaya membentuk kepribadian peserta didik. Ada tiga konsep media pendidikan dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang amat terkenal yaitu:
1.Tut Wuri Handayani
2.Ing Madyo Mangun Karso
3.Ing Ngarso Sung Tulodo
Melalui contoh tingkah laku lingkungan khususnya di sekolah akan diinternalisasikannya. Sebab itu contoh tingkah laku dapat dijadikan media pendidikan yang sangat ampuh bagi diri peserta didik di lingkungan pendidikan formal.6
E.Pola Media pendidikan Agama Islam
Secara menyeluruh pola media pendidikan agama Islam itu terdiri atas :
1.Bahan-bahan cetakan atau bacaan (supplementary materials). Berupa bahan bacaan seperti: buku, komik, koran, majalah bulletin dan lain-lain. Bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan simbol-simbol kata dan visual.
2.Alat-alat audio visual
Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini terdiri atas:
a.Media pendidikan tanpa proyeksi, seperti: papan tulis, papan tempel, papan panel, diagram, grafik, poster, kartun, komik
b.Media pendidikan tiga dimensi
Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini terdiri dari: model, benda asli, contoh, peta, globe, museum sekolah dan lain-lain
c.Media pendidikan yang menggunakan teknik atau masinal. Adapun alat-alatnya yaitu film rekaman, radio, televisi, komputer dan lain-lain
3.Sumber-sumber masyarakat, berupa objek-objek, peninggalan sejarah, dokumentasi dan lain-lain
4.Kumpulan benda-benda (material collections) berupa benda-benda atau barang-barang yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari, seperti potongan kaca, daun dan lain-lain.7
F.Pemanfaatan dan Keterbatasan Media Pendidikan Agama Islam
1.Pemanfaatan media pendidikan agama Islam
Dewasa ini telah banyak terdapat dalam masyarakat berbagai jenis media pendidikan yang bersifat non formal baik yang diusahakan oleh pemerintah, maupun oleh masyarakat sendiri dalam rangka meningkatkan kehidupan umat Islam dalam bidang agama. Keadaan sarana pendidikan agama yang menguntungkan ini, hendaknya dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh semua guru agama Islam untuk meningkatkan kualitas hasil didikan kita. Pemanfaatan ini dapat dilakukan dengan mengadakan kerjasama antara sekolah dan orang tua peserta didik dan dengan para peserta didik sendiri yang berarti kita sebagai guru agama mereka sangat memperhatikan pendidikan agama mereka secara serius.
Dan dari pihak yang dapat ditempuh untuk memanfaatkan media pendidikan non formal ini, seperti guru beserta peserta didik mengikuti acara tersebut secara bersama-sama kemudian mendiskusikannya.
Pemanfaatan media pendidikan baik yang diselenggarakan secara formal dan non formal, dapat membantu para peserta didik kita untuk belajar mandiri melalui media komunikasi agama yang diikuti mereka. Dan di dalam diri mereka terbentuk sikap senang mengikuti pendidikan agama sejak kecil dan senang mencatat semua yang dialaminya. Budaya mencatat ini sejak baik sekali dikembangkan, karena merupakan memori atau kenang-kenangan yang bersifat agamis dan akan mewarnai perkembangan kepribadiannya kelak.
Ada beberapa manfaat lainnya yang dapat diperoleh dengan menggunakan media pendidikan di luar sekolah, yaitu:
a.Memberi umpan balik untuk penyempurnaan proses belajar mengajar yang telah berlangsung atau yang akan direncanakan.
b.Pokok bahasan bagi peserta didik yang lebih fungsional dan terasa manfaatnya bagi peserta didik yang bersangkutan.
c.Membiasakan peserta didik kita untuk lebih meyakinkan terhadap pendidikan agama yang diajarkan, sehingga akan menimbulkan rasa hormat dan kagum terhadap gurunya.8
2.Keterbatasan Media Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa kelemahan media pendidikan yang merupakan keterbatasannya dan cara mengatasinya:
a.Pemakaian media pendidikan agama ini hanya dapat digunakan sebagai alat bantu PBM, bukan untuk pengganti proses belajar mengajar atau pengganti media instruksional.
b.Ada media pendidikan yang tidak bisa digunakan di daerah yang tidak ada listriknya seperti OHP dengan transparannya, film, televisi, rekaman video atau aliran listrik tiba-tiba putus atau mendadak
c.Untuk memelihara media pendidikan yang canggih atau elektronik memerlukan ekstra hati-hati dan juga pengamanannya agar dapat digunakan dalam jangka waktu lama.9
KESIMPULAN
Dari bahasan yang telah dijelaskan dalam makalah ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu:
1.Media pendidikan agama Islam yaitu semua aktivitas yang ada hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik yang berupa alat yang dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
2.Makna media pendidikan bagi guru agama Islam sendiri ialah media pendidikan yang digunakan itu mempunyai arti tersendiri bagi guru agama yang memakainya, sehingga dapat membantu peserta didik memproses pemilikan pesan-pesan pendidikan yang disampaikannya (achievement)
3.Fungsi media pendidikan agama Islam yaiu:
a.Membantu guru dalam bidang tugasnya seperti mengatasi kelemahan dan kekurangan guru dalam penggunaan metodologi pengajarannya.
b.Membantu para peserta didiknya dalam mengaktifkan unsur-unsur psikologis yang ada dalam diri mereka seperti pengamatan, emosi dan lain-lain.
4.Contoh tingkah laku (suri tauladan) dalam media pendidikan agama Islam adalah suri teladan yang diberikan oleh guru, misalnya dalam bertutur kata, pergaulan antara sesama guru di sekolah.
5.Pola media pendidikan agama Islam di antaranya yaitu bahan-bahan cetakan atau bacaan (supplementary materials), berupa bahan bacaan seperti: buku, komik, koran dan lain-lain.
6.Pemanfaatan dan keterbatasan media pendidikan agama Islam
a.Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan media pendidikan di luar sekolah seperti: memberi umpan balik untuk penyempurnaan proses belajar mengajar yang telah berlangsung atau yang akan direncanakan.
b.Ada beberapa kelemahan media pendidikan yang merupakan keterbatasannya dan cara mengatasinya seperti: untuk memelihara media pendidikan yang canggih atau elektrinik memerlukan ekstra hati-hati dan juga pengamannya agar dapat digunakan dalam jangka waktu lama.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar, 2004. Media Pembelajaran Jakarta: Rajawali Pers.
Hamalik, Oemar, 1989. Media Pendidikan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Rasyad, Aminuddin dan Darhim, 1997. Media Pengajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama
Usman, M. Basyiruddin dan Asnawir, 2002. Media Pembelajaran Jakarta: Ciputat Pers.
CDMA (Code Division Multiple Access)
CDMA (Code Division Multiple Access) merupakan teknologi akses jamak dengan masing-masing user menggunakan kode yang unik dalam mengakses kanal yang terdapat dalam system. Pada CDM, sinyal informasi pada transmitter di-coding dan disebar dengan bandwidth sebesar 1.25 MHz (spread spectrum), kemudian pada sisi repeater dilakukan decoding sehingga didapatkan sinyal informasi yang dibutuhkan. PT Telkom akan memanfaatkan CDMA sebagai telepon fixed wireless digital yang akan dipakai sebagai telepon rumah (fixed phone) dan telepon bergerak (mobility). Layanan fixed wireless berbasis CDMA akan diberi brand Telkom Flexi sebagai telepon bergerak terbatas dalam satu area kode, yang dimungkinkan karena memiliki fitur limited mobility.
Para pakar teknologi sepakat bahwa kecanggihan CDMA jauh melebihi GSM yang sekarang ini banyak digunakan oleh operator telepon seluler di Indonesia. Par pelaku bisnis telepon seluler (handphone) memperkirakan bahwa Telkom Flexi akan mendapat sambutan positif dari masyarakat, mengingat tarifnya akan jauh berada dibawah GSM, karena biaya investasinya sangat murah. Tentu saja, kehadiran Telkom Flexi akan membuat lega calon pelanggan telepon yang sudah lama mendambakan telepon hemat maupun pelanggan ponsel yang mendambakan telepon seluler alternatif.
Selain GSM pelanngan ponsel di Idonesia sudah pernah mengenal teknologi seluler analog AMPS yang di operasikan oleh Ratelindo dan Komselindo, namun karena kualitasnya kurang memuaskan coveragenya terbatas, kurang diminati pelanggan. Kelemahan AMPS lainnya adalah teknologinya yang sudah ketinggalan jaman, sehingga sulit mengikuti perkembangan layanan yang diinginkan oleh pelanggan.
Mulai Desember 2002, Telkom telah menggelar CDMA-2000 (1 X) di Surabaya, Denpasar, dan Balikpapan dengan brand Telkom Flexi. Pada awalnya, pemasaran telkom fleksi agak tersendat disebabkan karena masih terbatasnya ponsel berteknologi CDMA yang beredar dipasaran. Saat ini animo calon pelanggan Telkom Flexi begitu besar seiring dengan banyaknya ponsel CDMA yang beredar dipasaran. Teknologi CDMA tahun 1990, patennya diberikan kepada Qualcomm, Inc. dan dijadikan sebagai standar seluler digital. Oleh karena itu, tidak heran jika tekonologi ini sangat aman, karena tidak dapat digandakan (dikloning).
Teknologi ini sangat cocok bagi kegunaan layanan telepon banking, seperti transfer dan cek saldo.
GSM yang didukung oleh Negara-negara Eropa lebih cepat melejit jumlah pemakaiannya yang seluruh dunia pada saat ini sudah mencapai lebih 700juta. Untuk smentara, jumlah pelanggan CDMA, baru mencapai 120juta. GSM dan CDMA dengan varian awalnya IS-95 A juga muncul pada saat yang bersamaan diawal tahun 90-an tergolong dalam teknologi ponsel generasi ke-2 (2G). pendukung CDMA yang terdiri dari lembaga pemerintahan, industri, perguruan tinggi, dan lembaga riset membentuk CDG (CDMA Development Group), yaitu organisasi yang dbentuk untuk mengembangkan CDMA sebagai standar Internasional. CDG berhasil mengembangkan varian baru CDMA yang dikenal dengan CDMA-2000 (1 X). CDMA-2000 (1 X) cepat mendapatkan sambutan pasar dinegara-negara Asia, seperti India, Cian, Jepang dan Korea Selatan. Sampai saat ini jumlah pengguna CDMA-2000 (1 X) di Cina saja hampir mencapi 50juta, sementara di Kore Selatan pelanggannya sudah mencapai 30juta. CDMA-2000 (1 X) di operasikan oleh SK Telecom se Korea Selatan sebagai infrastruktur layanan telepon seluler generasi ke-3 (3G), yang dapat melayani musik, video, game, kirim data, dan akses internet berkecapatan tinggi.
Keunggulan CDMA-2000 (1 X) jika dibandingkan dengan GSM:
1.Sebagai teknologi militer, CDMA sangat tahan terhadap gangguan cuaca dan interferensi, karenanya noise CDMA sangat rendah sehingga menghasilkan kualitas suara yang sangat baik. Bahkan dalam hujan yang sangat lebat pun kualitas suaranya masih dalam batas yang masih dapat ditoleransi.
2.CDMA tidak dapat digandakan (dikloning) karena setiap pelanggan diberikan kode yang berbeda (unik). Kode-kode ini sangat sulit dilacak karena bersifat acak.
3.Daya pancarnya yang sangat rendah (1/100 GSM) memungkinkan handphone CDMA irit dalam mengkonsumsi baterai sehingga dapat beroperasi lebih lama untuk bicara maupun stand by.
4.Kapasitas pelanggan per BTS CDMA dapat mencapai 6000 (10 kali GSM). Hal ini disebabkan CDMA lebih irit dalam pemakaian frekuensi yang sama sehingga tidak memerlukan penghitungan yang rumit dalam menyusun konfiguransinya. Besarnya kapasitas per BTS membuat biaya investasi yang dikeluarkan sangat rendah. Selain itu, CDMA-2000 (1 X) beroperasi pada spectrum frekuensi 800 MHz. Hal ini akan membuat luas coverage BTS-nya jauh lebih besar dari GSM, sehingga hanya memerluakn lebih sedikit BTS untuk meng-cover luas yang sama jika dibandungkan dengan GSM.
5.CDMA-2000(1X) dapat emngirim data dengan kecepatan hingga 144Kbps, sementara GSM 9,6 Kbps sehingga dapat mendukung layanan SMS, MMS, main game, dan downloaddata melalui internet.
Sejak 1 April 2003 Telkom Flexi ponsel berbasis teknologi CDMA sudah mulai dipasarkan di Batam. Pihak-pihak yang terkait dengan bisnis ponsel CDMA sudah mulai mengkosolidasi diri agar dapat terlibat dengan bisnis yang sangat menjanjikan ini dengan menyiapkan berbagai tipe terminal mulai dari tipe standar sampai dengan yang high end. Dengan tarif seperti telepon rumah, pelanggan Telkom Flexi sudah dapat berponsel ria sepuasnya dengan menggunakan ponsel yang lebih canggih dari GSM.
Para pakar teknologi sepakat bahwa kecanggihan CDMA jauh melebihi GSM yang sekarang ini banyak digunakan oleh operator telepon seluler di Indonesia. Par pelaku bisnis telepon seluler (handphone) memperkirakan bahwa Telkom Flexi akan mendapat sambutan positif dari masyarakat, mengingat tarifnya akan jauh berada dibawah GSM, karena biaya investasinya sangat murah. Tentu saja, kehadiran Telkom Flexi akan membuat lega calon pelanggan telepon yang sudah lama mendambakan telepon hemat maupun pelanggan ponsel yang mendambakan telepon seluler alternatif.
Selain GSM pelanngan ponsel di Idonesia sudah pernah mengenal teknologi seluler analog AMPS yang di operasikan oleh Ratelindo dan Komselindo, namun karena kualitasnya kurang memuaskan coveragenya terbatas, kurang diminati pelanggan. Kelemahan AMPS lainnya adalah teknologinya yang sudah ketinggalan jaman, sehingga sulit mengikuti perkembangan layanan yang diinginkan oleh pelanggan.
Mulai Desember 2002, Telkom telah menggelar CDMA-2000 (1 X) di Surabaya, Denpasar, dan Balikpapan dengan brand Telkom Flexi. Pada awalnya, pemasaran telkom fleksi agak tersendat disebabkan karena masih terbatasnya ponsel berteknologi CDMA yang beredar dipasaran. Saat ini animo calon pelanggan Telkom Flexi begitu besar seiring dengan banyaknya ponsel CDMA yang beredar dipasaran. Teknologi CDMA tahun 1990, patennya diberikan kepada Qualcomm, Inc. dan dijadikan sebagai standar seluler digital. Oleh karena itu, tidak heran jika tekonologi ini sangat aman, karena tidak dapat digandakan (dikloning).
Teknologi ini sangat cocok bagi kegunaan layanan telepon banking, seperti transfer dan cek saldo.
GSM yang didukung oleh Negara-negara Eropa lebih cepat melejit jumlah pemakaiannya yang seluruh dunia pada saat ini sudah mencapai lebih 700juta. Untuk smentara, jumlah pelanggan CDMA, baru mencapai 120juta. GSM dan CDMA dengan varian awalnya IS-95 A juga muncul pada saat yang bersamaan diawal tahun 90-an tergolong dalam teknologi ponsel generasi ke-2 (2G). pendukung CDMA yang terdiri dari lembaga pemerintahan, industri, perguruan tinggi, dan lembaga riset membentuk CDG (CDMA Development Group), yaitu organisasi yang dbentuk untuk mengembangkan CDMA sebagai standar Internasional. CDG berhasil mengembangkan varian baru CDMA yang dikenal dengan CDMA-2000 (1 X). CDMA-2000 (1 X) cepat mendapatkan sambutan pasar dinegara-negara Asia, seperti India, Cian, Jepang dan Korea Selatan. Sampai saat ini jumlah pengguna CDMA-2000 (1 X) di Cina saja hampir mencapi 50juta, sementara di Kore Selatan pelanggannya sudah mencapai 30juta. CDMA-2000 (1 X) di operasikan oleh SK Telecom se Korea Selatan sebagai infrastruktur layanan telepon seluler generasi ke-3 (3G), yang dapat melayani musik, video, game, kirim data, dan akses internet berkecapatan tinggi.
Keunggulan CDMA-2000 (1 X) jika dibandingkan dengan GSM:
1.Sebagai teknologi militer, CDMA sangat tahan terhadap gangguan cuaca dan interferensi, karenanya noise CDMA sangat rendah sehingga menghasilkan kualitas suara yang sangat baik. Bahkan dalam hujan yang sangat lebat pun kualitas suaranya masih dalam batas yang masih dapat ditoleransi.
2.CDMA tidak dapat digandakan (dikloning) karena setiap pelanggan diberikan kode yang berbeda (unik). Kode-kode ini sangat sulit dilacak karena bersifat acak.
3.Daya pancarnya yang sangat rendah (1/100 GSM) memungkinkan handphone CDMA irit dalam mengkonsumsi baterai sehingga dapat beroperasi lebih lama untuk bicara maupun stand by.
4.Kapasitas pelanggan per BTS CDMA dapat mencapai 6000 (10 kali GSM). Hal ini disebabkan CDMA lebih irit dalam pemakaian frekuensi yang sama sehingga tidak memerlukan penghitungan yang rumit dalam menyusun konfiguransinya. Besarnya kapasitas per BTS membuat biaya investasi yang dikeluarkan sangat rendah. Selain itu, CDMA-2000 (1 X) beroperasi pada spectrum frekuensi 800 MHz. Hal ini akan membuat luas coverage BTS-nya jauh lebih besar dari GSM, sehingga hanya memerluakn lebih sedikit BTS untuk meng-cover luas yang sama jika dibandungkan dengan GSM.
5.CDMA-2000(1X) dapat emngirim data dengan kecepatan hingga 144Kbps, sementara GSM 9,6 Kbps sehingga dapat mendukung layanan SMS, MMS, main game, dan downloaddata melalui internet.
Sejak 1 April 2003 Telkom Flexi ponsel berbasis teknologi CDMA sudah mulai dipasarkan di Batam. Pihak-pihak yang terkait dengan bisnis ponsel CDMA sudah mulai mengkosolidasi diri agar dapat terlibat dengan bisnis yang sangat menjanjikan ini dengan menyiapkan berbagai tipe terminal mulai dari tipe standar sampai dengan yang high end. Dengan tarif seperti telepon rumah, pelanggan Telkom Flexi sudah dapat berponsel ria sepuasnya dengan menggunakan ponsel yang lebih canggih dari GSM.
PEMROGRAMAN MULTIMEDIA
Pemrograman Multimedia disebut juga sebagai multimedia programming atau multimedia authoring. Multimedia authoring merupakan proses pembuatan suatu aplikasi komputer yang melibatkan aspek-aspek multimedia yang terintegrasi dalam sebuah software authoring. Hasil output multimedia authoring biasanya berupa aplikasi dengan tampilan yang menarik dari segi visual maupun interaktivitas. Soal-soal latihan (dalam bentuk pilihan ganda) dalam suatu pelajaran dapat dibuat dalam bentuk program komputer menggunakan software multimedia authoring.
Deskripsi suatu kejadian juga dapat dapat divisualisasikan menggunakan software multimedia authoring. Jadi, software jenis ini sangat tepat digunakan untuk menghasilkan suatu perangkat lunak berbasis komputer.
Software authoring yang sering digunakan untuk membuat perangkat lunak pembelajaran berbasis komputer antara lain: Macromedia Authorware, Macromedia Flash, Macromedia Director, dan Multimedia Builder.
Software jenis ini menggabungkan fasilitas aplikasi grafis, teks, audio, animasi dan bahasa pemrograman untuk menghasilkan software yang menarik.
Deskripsi suatu kejadian juga dapat dapat divisualisasikan menggunakan software multimedia authoring. Jadi, software jenis ini sangat tepat digunakan untuk menghasilkan suatu perangkat lunak berbasis komputer.
Software authoring yang sering digunakan untuk membuat perangkat lunak pembelajaran berbasis komputer antara lain: Macromedia Authorware, Macromedia Flash, Macromedia Director, dan Multimedia Builder.
Software jenis ini menggabungkan fasilitas aplikasi grafis, teks, audio, animasi dan bahasa pemrograman untuk menghasilkan software yang menarik.
TEORI BELAJAR SIBERNETIK
Menurut teori sibernetik, belajar merupakan pengolahan informasi. Teori sibernetik menyatakan bahwa tidak ada suatu proses belajar yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi. Komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah: Sensori Receptor (sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar), Working Memory (diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh indifidu), Long Term Memory (diasumsikan berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu, mempunyai kapasitas tak terbatas, sekali informasi disimpan didalam LTM ia tidak akan pernah terhapus/hilang.
Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Ausubel (19690 mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth & Stein (1983) mengatakan pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkis, artinya pengetehuan yang lebih umum & abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci. Proses pengolahan informasi dalam ingatan di mulai dari proses penyandingan informasi (enconding), diikuti dengan penyimpanan informasi (strorage), dan di akhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah di simpan dalam ingatan (retrieval).
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada system informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi tersebut. Selain itu teori ini tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini menyulitkan penerapannya.
Ada 9 tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang ingatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan berangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informative, menilai unjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar. Keunggulan stategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah, cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol, penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis, kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap, adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai, adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan, yang sesungguhnya, control belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu, balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk, kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
TOKOH ALIRAN SIBERNETIK
1.LANDA
Menurut Landa ada 2 macam proses berfikir, yaitu:
Proses berfikir algoritmik , yaitu proses berfikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu.
Proses berfikir heuristic, yakni cara berfikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari diketahui cirri-cirinya. Satu hal lebih tepat apabila disajikan dalam bentuk “terbuka” & memberi keleluasan siswa untuk berimajinasi & berfikir. Namun, untuk memahami makna suatu konsep yang luas banyak memiliki interpretasi maka akan lebih baik jika proses berfikir siswa dibimbing kearah yang “menyebar” (heuristic), dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatis & linier.
2.PASK & SCOTT
Pendekatan serialis yang diusulkan untuk pask dan scott sama dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heuristic. Cara berfikir menyeluruh adalah berfikir yang cenderung melompat kedepan, langsug kegambaran lengkap sebuah sistem informasi. Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek (short term memory), ingatan jangka panjang (long term memory), dsb. Yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Menurut teori sibernetik ini agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tetapi juga lingkungan yang mempengaruhi mekanisme itupun perlu diketahui.
Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Ausubel (19690 mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth & Stein (1983) mengatakan pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkis, artinya pengetehuan yang lebih umum & abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci. Proses pengolahan informasi dalam ingatan di mulai dari proses penyandingan informasi (enconding), diikuti dengan penyimpanan informasi (strorage), dan di akhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah di simpan dalam ingatan (retrieval).
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada system informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi tersebut. Selain itu teori ini tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini menyulitkan penerapannya.
Ada 9 tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang ingatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan berangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informative, menilai unjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar. Keunggulan stategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah, cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol, penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis, kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap, adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai, adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan, yang sesungguhnya, control belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu, balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk, kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
TOKOH ALIRAN SIBERNETIK
1.LANDA
Menurut Landa ada 2 macam proses berfikir, yaitu:
Proses berfikir algoritmik , yaitu proses berfikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu.
Proses berfikir heuristic, yakni cara berfikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari diketahui cirri-cirinya. Satu hal lebih tepat apabila disajikan dalam bentuk “terbuka” & memberi keleluasan siswa untuk berimajinasi & berfikir. Namun, untuk memahami makna suatu konsep yang luas banyak memiliki interpretasi maka akan lebih baik jika proses berfikir siswa dibimbing kearah yang “menyebar” (heuristic), dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatis & linier.
2.PASK & SCOTT
Pendekatan serialis yang diusulkan untuk pask dan scott sama dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heuristic. Cara berfikir menyeluruh adalah berfikir yang cenderung melompat kedepan, langsug kegambaran lengkap sebuah sistem informasi. Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek (short term memory), ingatan jangka panjang (long term memory), dsb. Yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Menurut teori sibernetik ini agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tetapi juga lingkungan yang mempengaruhi mekanisme itupun perlu diketahui.
Langganan:
Postingan (Atom)